“Lailahaillallah al malikul haqqul mubin artinya” merupakan kalimat bahasa Arab yang mengandung makna kalimat tauhid dalam agama Islam. Kalimat ini berfungsi sebagai penegasan keyakinan akan keesaan Tuhan dan kekuasaan-Nya yang nyata.
Makna kalimat tauhid ini memiliki arti, “Tidak ada Tuhan selain Allah, Raja yang sebenarnya dan nyata.” Penegasan ini menjadi dasar ajaran Islam, yang menekankan konsep monoteisme dan penolakan terhadap segala bentuk penyembahan selain kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Kalimat tauhid menjadi bagian penting dalam kehidupan umat Islam dan memiliki peran dalam berbagai aspek, seperti pengakuan iman, doa, dan dasar hukum syariat. Kalimat ini juga memiliki sejarah panjang dalam perkembangan agama Islam, dengan kaitan erat dengan nabi Muhammad SAW yang menyebarkan ajaran tauhid serta melawan praktik kemusyrikan di zamannya.
Lailahaillallah al Malikul Haqqul Mubin Artinya
Kalimat tauhid “Lailahaillallah al Malikul Haqqul Mubin artinya” memiliki beberapa aspek penting yang berkaitan dengan makna dan fungsinya dalam ajaran Islam. Beberapa aspek tersebut antara lain:
- Keesaan Tuhan: M menegaskan bahwa hanya ada satu Tuhan yang patut disembah.
- Kekuasaan Tuhan: Menyatakan bahwa Tuhan memiliki kekuasaan mutlak atas segala sesuatu.
- Keadilan Tuhan: Mengandung makna bahwa Tuhan selalu bertindak adil dan bijaksana.
- Dasar Ibadah: Merupakan dasar bagi seluruh ibadah dalam Islam, karena mengakui keesaan dan kekuasaan Tuhan.
- Landasan Hukum: Berperan sebagai landasan bagi penetapan hukum-hukum dalam syariat Islam.
- Benteng Akidah: Membentengi umat Islam dari penyimpangan akidah dan kemusyrikan.
- Simbol Identitas: Menjadi simbol identitas bagi umat Islam di seluruh dunia.
- Pengakuan Iman: Merupakan pengakuan iman yang diucapkan saat bersyahadat.
- Kesaksian Hati: Bukan hanya diucapkan, namun juga harus diyakini dalam hati.
Kesembilan aspek tersebut saling berkaitan dan membentuk pemahaman yang utuh tentang makna kalimat tauhid “Lailahaillallah al Malikul Haqqul Mubin artinya.” Kalimat ini bukan hanya sekadar pengucapan, tetapi juga memiliki implikasi mendalam bagi kehidupan dan keyakinan umat Islam.
Keesaan Tuhan
Aspek Keesaan Tuhan dalam kalimat tauhid “Lailahaillallah al Malikul Haqqul Mubin artinya” merupakan penegasan akan keesaan dan kemahakuasaan Allah SWT. Konsep ini menjadi dasar fundamental ajaran Islam dan memiliki implikasi luas dalam kehidupan umat muslim.
- Tidak Ada Sekutu Bagi Allah: Keesaan Tuhan berarti tidak ada Tuhan lain yang setara atau sebanding dengan Allah. Hanya Allah yang berhak disembah dan tidak boleh ada sekutu bagi-Nya.
- Allah Maha Pencipta dan Pengatur: Keesaan Tuhan juga menunjukkan bahwa Allah adalah satu-satunya pencipta dan pengatur alam semesta. Dialah yang menciptakan segala sesuatu dan memiliki kekuasaan penuh atas segala urusan.
- Larangan Syirik dan Bid’ah: Konsep Keesaan Tuhan melarang segala bentuk syirik (menyekutukan Allah) dan bid’ah (tindakan baru dalam agama yang tidak sesuai dengan ajaran Islam).
- Hanya Allah yang Berhak Diibadahi: Aspek Keesaan Tuhan menegaskan bahwa hanya Allah yang berhak diibadahi dan disembah. Segala bentuk ibadah dan penyembahan harus ditujukan solely kepada Allah SWT.
Dengan memahami aspek Keesaan Tuhan dalam kalimat tauhid “Lailahaillallah al Malikul Haqqul Mubin artinya”, umat Islam dapat memperdalam keyakinannya kepada Allah SWT, menghindari segala bentuk kemusyrikan, dan menjalankan ibadah sesuai dengan ajaran Islam yang benar.
Kekuasaan Tuhan
Dalam kalimat tauhid “Lailahaillallah al Malikul Haqqul Mubin artinya”, pengakuan akan Kekuasaan Tuhan menjadi aspek penting yang tidak terpisahkan. Kekuasaan Tuhan yang mutlak atas segala sesuatu memiliki hubungan sebab akibat yang erat dengan pengesaan-Nya.
Pengakuan akan Kekuasaan Tuhan menegaskan bahwa Dialah satu-satunya yang berhak mengatur dan mengendalikan seluruh alam semesta. Segala peristiwa dan kejadian yang terjadi di dunia ini berada di bawah kehendak dan kekuasaan-Nya. Dengan demikian, tidak ada kekuatan lain yang dapat menandingi atau menandingi kekuasaan Tuhan.
Contoh nyata dari Kekuasaan Tuhan dalam kalimat tauhid dapat dilihat dalam kisah penciptaan alam semesta. Allah SWT berfirman, “Katakanlah: “Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?” Katakanlah: “Allah.” Katakanlah: “Maka apakah kamu menjadikan selain Dia pelindung-pelindungmu, padahal mereka tidak kuasa memberikan manfaat dan tidak (pula) menolak mudarat dari diri mereka sendiri?”” (QS. Ar-Ra’d: 16).
Memahami Kekuasaan Tuhan dalam kalimat tauhid memiliki implikasi praktis dalam kehidupan umat Islam. Hal ini menumbuhkan sikap tawakal dan penyerahan diri kepada Allah SWT. Umat Islam menyadari bahwa segala sesuatu yang terjadi adalah atas kehendak Tuhan, sehingga mereka tidak akan mudah putus asa atau khawatir berlebihan.
Keadilan Tuhan
Aspek Keadilan Tuhan dalam kalimat tauhid “Lailahaillallah al Malikul Haqqul Mubin artinya” memiliki hubungan yang erat dengan konsep keesaan dan kekuasaan Tuhan. Pengakuan akan Keadilan Tuhan merupakan konsekuensi logis dari keesaan dan kekuasaan-Nya yang mutlak.
Keadilan Tuhan dalam kalimat tauhid menunjukkan bahwa Allah SWT selalu bertindak adil dan bijaksana dalam segala keputusan dan tindakan-Nya. Keadilan-Nya tidak terbatas pada urusan manusia, tetapi juga meliputi seluruh alam semesta. Allah SWT tidak akan menzalimi hamba-Nya, dan setiap perbuatan yang dilakukan pasti akan mendapatkan balasan yang setimpal.
Contoh nyata dari Keadilan Tuhan dapat dilihat dalam kisah Nabi Ayub AS. Meskipun ditimpa berbagai cobaan dan musibah, Nabi Ayub AS tetap bersabar dan tidak pernah mengeluh kepada Allah SWT. Sebagai bentuk keadilan-Nya, Allah SWT kemudian memberikan ganti yang lebih baik kepada Nabi Ayub AS atas kesabaran dan ketabahannya.
Memahami Keadilan Tuhan dalam kalimat tauhid memiliki implikasi praktis dalam kehidupan umat Islam. Hal ini menumbuhkan sikap optimisme dan keyakinan bahwa Allah SWT tidak akan pernah menzalimi hamba-Nya. Umat Islam juga akan terdorong untuk selalu berbuat baik dan adil kepada sesama, karena mereka menyadari bahwa setiap perbuatan akan mendapatkan balasan yang setimpal.
Dasar Ibadah
Kalimat tauhid “Lailahaillallah al Malikul Haqqul Mubin artinya” menjadi dasar bagi seluruh ibadah dalam Islam. Hal ini karena kalimat tauhid tersebut merupakan penegasan akan keesaan dan kekuasaan Tuhan, yang merupakan landasan utama dalam ajaran Islam. Dengan mengakui keesaan dan kekuasaan Tuhan, maka segala bentuk ibadah yang dilakukan oleh umat Islam menjadi sah dan bernilai di sisi Allah SWT.
Contoh nyata dari hubungan antara kalimat tauhid dan dasar ibadah dapat dilihat dalam pelaksanaan shalat. Shalat merupakan salah satu ibadah pokok dalam Islam yang dilakukan dengan cara tertentu dan memiliki rukun-rukun tertentu. Salah satu rukun shalat adalah niat, yang merupakan pengucapan kalimat tauhid. Niat dalam shalat berfungsi sebagai penegasan bahwa shalat yang dilakukan semata-mata karena Allah SWT, dan tidak ditujukan kepada selain-Nya.
Memahami hubungan antara kalimat tauhid dan dasar ibadah sangat penting bagi umat Islam dalam menjalankan agamanya. Hal ini karena pemahaman tersebut akan mendorong umat Islam untuk selalu meluruskan niat dalam beribadah, serta menghindari segala bentuk syirik dan kemusyrikan. Dengan demikian, ibadah yang dilakukan akan lebih berkualitas dan bernilai di sisi Allah SWT.
Landasan Hukum
Kalimat tauhid “Lailahaillallah al Malikul Haqqul Mubin artinya” memiliki hubungan erat dengan landasan hukum dalam syariat Islam. Hal ini karena kalimat tauhid tersebut menjadi dasar bagi penetapan seluruh hukum-hukum dalam Islam, baik yang berkaitan dengan ibadah, muamalah, maupun jinayat. Dengan mengakui keesaan dan kekuasaan Tuhan, maka segala hukum yang dibuat oleh manusia harus sesuai dengan ajaran Islam dan tidak boleh bertentangan dengan prinsip-prinsip dasar tersebut.
Contoh nyata dari hubungan antara kalimat tauhid dan landasan hukum dapat dilihat dalam penetapan hukum pidana dalam Islam. Hukum pidana Islam didasarkan pada prinsip keadilan dan kemaslahatan, yang bersumber dari ajaran Islam. Tujuan utama dari hukum pidana Islam adalah untuk mencegah terjadinya kejahatan dan memberikan hukuman yang setimpal bagi pelaku kejahatan. Penetapan hukum pidana Islam harus selalu berpedoman pada prinsip-prinsip dasar Islam, seperti prinsip keadilan, kesetaraan, dan kemanusiaan.
Memahami hubungan antara kalimat tauhid dan landasan hukum sangat penting bagi umat Islam dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat. Hal ini karena pemahaman tersebut akan mendorong umat Islam untuk selalu berhukum pada hukum Islam dalam segala aspek kehidupan. Dengan demikian, kehidupan bermasyarakat akan menjadi lebih teratur dan sesuai dengan nilai-nilai Islam.
Benteng Akidah
Salah satu aspek penting dari kalimat tauhid “Lailahaillallah al Malikul Haqqul Mubin artinya” adalah perannya sebagai benteng akidah bagi umat Islam. Kalimat tauhid ini menjaga umat Islam dari penyimpangan akidah dan kemusyrikan, yang dapat merusak keimanan dan mengarah pada kesesatan.
- Pengakuan Keesaan Tuhan: Mengucapkan kalimat tauhid merupakan pengakuan akan keesaan Tuhan, yang merupakan dasar dari akidah Islam. Dengan mengakui keesaan Tuhan, umat Islam terhindar dari syirik, yaitu menyekutukan Allah dengan makhluk lain.
- Benteng dari Kemusyrikan: Kalimat tauhid menjadi benteng yang melindungi umat Islam dari kemusyrikan. Kemusyrikan adalah dosa besar yang dapat membatalkan keimanan, dan kalimat tauhid berfungsi sebagai pengingat akan larangan tersebut.
- Panduan Hidup: Kalimat tauhid bukan hanya sekedar ucapan, tetapi juga menjadi pedoman hidup bagi umat Islam. Dengan memahami makna kalimat tauhid, umat Islam dapat menjalankan hidupnya sesuai dengan ajaran Islam yang benar.
- Penjaga Iman: Mengucapkan dan mengimani kalimat tauhid dapat menjaga iman umat Islam dari pengaruh-pengaruh negatif yang dapat menyesatkan. Kalimat tauhid menjadi pengingat akan keimanan yang benar dan mencegah umat Islam terjerumus ke dalam kesesatan.
Demikianlah, kalimat tauhid “Lailahaillallah al Malikul Haqqul Mubin artinya” berperan sebagai benteng akidah yang melindungi umat Islam dari penyimpangan akidah dan kemusyrikan. Kalimat tauhid ini menjadi pengingat akan keesaan Tuhan, larangan kemusyrikan, dan pedoman hidup bagi umat Islam yang beriman. Dengan memahami dan mengimani kalimat tauhid, umat Islam dapat menjaga keimanannya dan terhindar dari kesesatan.
Simbol Identitas
Kalimat tauhid “Lailahaillallah al Malikul Haqqul Mubin artinya” tidak hanya memiliki peran teologis, tetapi juga berfungsi sebagai simbol identitas bagi umat Islam di seluruh dunia. Kalimat tauhid ini menjadi penanda keislaman seseorang dan membedakannya dari pemeluk agama lain.
Pengakuan akan keesaan dan kekuasaan Tuhan dalam kalimat tauhid menciptakan rasa persatuan dan kebersamaan di antara umat Islam. Kalimat tauhid menjadi simbol identitas yang menyatukan umat Islam dari berbagai latar belakang budaya, bahasa, dan etnis. Di seluruh dunia, umat Islam menggunakan kalimat tauhid sebagai ekspresi keyakinan dan jati diri mereka.
Penerapan kalimat tauhid sebagai simbol identitas dapat dilihat dalam berbagai aspek kehidupan umat Islam. Misalnya, kalimat tauhid sering digunakan sebagai hiasan pada masjid, sekolah Islam, dan tempat-tempat ibadah lainnya. Kalimat tauhid juga menjadi bagian dari bendera dan lambang negara-negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Selain itu, kalimat tauhid sering diucapkan pada acara-acara keagamaan, seperti salat, doa, dan pengajian.
Memahami hubungan antara kalimat tauhid dan simbol identitas sangat penting bagi umat Islam dalam menjalankan kehidupannya. Hal ini karena pemahaman tersebut akan menumbuhkan rasa bangga dan percaya diri dalam beragama. Umat Islam akan semakin termotivasi untuk menjalankan ajaran Islam dengan baik dan menjadi teladan bagi masyarakat sekitar.
Pengakuan Iman
Pengakuan Iman merupakan salah satu aspek penting dalam kalimat tauhid “lailahaillallah al malikul haqqul mubin artinya”. Pengakuan Iman ini merupakan pernyataan keyakinan yang diucapkan saat bersyahadat, yaitu mengucapkan dua kalimat syahadat sebagai tanda masuk Islam. Pengakuan Iman ini memiliki beberapa komponen, implikasi, dan contoh nyata dalam kehidupan sehari-hari.
- Rukun Islam: Pengakuan Iman merupakan rukun Islam yang pertama dan menjadi dasar bagi rukun-rukun lainnya. Dengan mengucapkan dua kalimat syahadat, seseorang telah menyatakan keimanannya kepada Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW.
- Syarat Sah Salat: Pengakuan Iman juga menjadi syarat sah salat. Sebelum melaksanakan salat, seorang muslim harus mengucapkan dua kalimat syahadat sebagai bentuk pembukaan dan penegasan keimanannya.
- Landasan Hukum: Pengakuan Iman memiliki landasan hukum yang kuat dalam Al-Qur’an dan hadits Nabi Muhammad SAW. Dalam Al-Qur’an disebutkan, “Hai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya…” (QS. An-Nisa: 136).
- Contoh Nyata: Pengakuan Iman dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari, seperti saat seorang mualaf mengucapkan dua kalimat syahadat di hadapan dua saksi muslim. Atau saat seorang muslim mengucapkan dua kalimat syahadat ketika menghadapi cobaan atau kesulitan hidup.
Dengan memahami berbagai aspek Pengakuan Iman, umat Islam dapat semakin memantapkan keyakinannya kepada Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW. Pengakuan Iman tidak hanya sekedar ucapan, tetapi juga merupakan komitmen untuk menjalankan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari.
Kesaksian Hati
Kalimat tauhid “lailahaillallah al malikul haqqul mubin artinya” tidak hanya sekedar diucapkan, tetapi juga harus diyakini dalam hati. Kesaksian hati ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pengucapan kalimat tauhid, karena menunjukkan kesungguhan iman seseorang. Tanpa kesaksian hati, pengucapan kalimat tauhid menjadi kosong dan tidak bermakna.
Kesaksian hati dalam kalimat tauhid berimplikasi pada seluruh aspek kehidupan seorang muslim. Keyakinan dalam hati akan menggerakkan tindakan dan perilaku sesuai dengan ajaran Islam. Seorang muslim yang benar-benar meyakini kalimat tauhid akan berusaha semaksimal mungkin untuk menjalankan perintah Allah SWT dan menjauhi larangan-Nya. Kesaksian hati juga akan mendorong seorang muslim untuk selalu beribadah dengan ikhlas dan semata-mata karena Allah SWT.
Contoh nyata kesaksian hati dalam kalimat tauhid dapat dilihat dalam kisah para sahabat Nabi Muhammad SAW. Ketika menghadapi berbagai cobaan dan kesulitan, para sahabat tetap teguh dalam imannya karena mereka memiliki keyakinan yang kuat dalam hati mereka. Kesaksian hati inilah yang membuat mereka mampu bertahan menghadapi segala rintangan dan selalu berpegang teguh pada ajaran Islam.
Memahami hubungan antara kesaksian hati dan kalimat tauhid sangat penting bagi umat Islam dalam menjalankan agamanya. Dengan memahami hal ini, umat Islam dapat semakin memantapkan keyakinannya dan mengamalkan ajaran Islam dengan lebih baik. Kesaksian hati akan menjadi landasan bagi seluruh ibadah dan perilaku seorang muslim, sehingga hidupnya menjadi lebih bermakna dan sesuai dengan tujuan penciptaan manusia.
Pertanyaan Umum Seputar “Lailahaillallah Al Malikul Haqqul Mubin Artinya”
Bagian ini berisi daftar pertanyaan umum dan jawabannya terkait dengan kalimat tauhid “Lailahaillallah al malikul haqqul mubin artinya”. Pertanyaan-pertanyaan ini akan membantu Anda memahami makna, pentingnya, dan implikasi dari kalimat tauhid tersebut.
Pertanyaan 1: Apa arti dari kalimat “Lailahaillallah al malikul haqqul mubin artinya”?
Jawaban: Kalimat “Lailahaillallah al malikul haqqul mubin artinya” berarti “Tidak ada Tuhan selain Allah, Raja yang sebenarnya dan nyata”. Kalimat ini merupakan penegasan akan keesaan Tuhan dan kekuasaan-Nya yang nyata.
Pertanyaan 2: Apa pentingnya kalimat tauhid “Lailahaillallah al malikul haqqul mubin artinya”?
Jawaban: Kalimat tauhid ini memiliki peran yang sangat penting dalam ajaran Islam. Kalimat ini menjadi dasar dari seluruh ajaran Islam, karena menegaskan tentang keesaan dan kekuasaan Tuhan. Mengucapkan dan mengimani kalimat tauhid merupakan syarat utama untuk menjadi seorang muslim.
Pertanyaan 3: Bagaimana cara mengamalkan kalimat tauhid “Lailahaillallah al malikul haqqul mubin artinya”?
Jawaban: Mengamalkan kalimat tauhid dapat dilakukan dengan cara: 1) Mengucapkannya dengan lisan; 2) Meyakininya dalam hati; 3) Mengamalkannya dalam perbuatan sehari-hari sesuai dengan ajaran Islam.
Pertanyaan 4: Apa perbedaan antara kalimat tauhid dan syahadat?
Jawaban: Kalimat tauhid adalah pernyataan tentang keesaan dan kekuasaan Tuhan, sedangkan syahadat adalah pengakuan iman kepada Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW. Kalimat tauhid merupakan bagian dari syahadat, namun syahadat memiliki cakupan yang lebih luas karena juga mencakup pengakuan terhadap kenabian Muhammad SAW.
Pertanyaan 5: Mengapa kalimat tauhid disebut sebagai “benteng akidah”?
Jawaban: Kalimat tauhid disebut sebagai “benteng akidah” karena kalimat ini melindungi akidah umat Islam dari penyimpangan dan kesesatan. Mengucapkan dan mengimani kalimat tauhid akan membuat seseorang terhindar dari syirik dan kemusyrikan, yang merupakan dosa besar dalam Islam.
Pertanyaan 6: Apa hubungan antara kalimat tauhid dan hukum Islam?
Jawaban: Kalimat tauhid menjadi landasan bagi penetapan hukum-hukum dalam Islam. Seluruh hukum Islam harus sesuai dengan prinsip-prinsip yang terkandung dalam kalimat tauhid, yaitu keesaan dan kekuasaan Tuhan. Hukum Islam bertujuan untuk mengatur kehidupan manusia sesuai dengan kehendak Allah SWT.
Dengan memahami pertanyaan umum dan jawabannya di atas, Anda diharapkan dapat memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang makna, pentingnya, dan implikasi dari kalimat tauhid “Lailahaillallah al malikul haqqul mubin artinya”. Kalimat tauhid merupakan pilar fundamental dalam ajaran Islam dan memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan umat Islam.
Selanjutnya, kita akan membahas lebih dalam tentang sejarah dan perkembangan kalimat tauhid dalam Islam, serta perannya dalam membentuk peradaban Islam.
Tips Memahami Kalimat Tauhid
Untuk semakin memahami kalimat tauhid “Lailahaillallah al malikul haqqul mubin artinya”, berikut beberapa tips yang dapat diterapkan:
Tip 1: Pelajari Maknanya Secara Mendalam: Pahami arti kalimat tauhid secara mendalam, baik secara bahasa maupun makna yang terkandung di dalamnya.
Tip 2: Renungkan Implikasinya: Renungkan implikasi dari kalimat tauhid dalam kehidupan sehari-hari. Bagaimana kalimat tauhid memengaruhi cara pandang dan tindakan kita?
Tip 3: Amalkan dalam Perbuatan: Amalkan kalimat tauhid tidak hanya dalam ucapan, tetapi juga dalam perbuatan. Selaraskan hidup kita dengan ajaran Islam yang bersumber dari kalimat tauhid.
Tip 4: Jadikan Benteng Akidah: Jadikan kalimat tauhid sebagai benteng akidah kita. Lindungi akidah kita dari penyimpangan dan kesesatan melalui pengucapan dan pengamalan kalimat tauhid.
Tip 5: Pahami Hubungannya dengan Hukum Islam: Pahami hubungan antara kalimat tauhid dan hukum Islam. Seluruh hukum Islam bersumber dari prinsip-prinsip yang terkandung dalam kalimat tauhid.
Dengan memahami dan mengamalkan tips-tips di atas, kita dapat semakin memantapkan pemahaman kita tentang kalimat tauhid “Lailahaillallah al malikul haqqul mubin artinya”. Hal ini akan berdampak positif pada akidah, ibadah, dan perilaku kita sebagai seorang muslim.
Pembahasan selanjutnya akan mengupas sejarah dan perkembangan kalimat tauhid dalam Islam, serta perannya dalam membentuk peradaban Islam.
Kesimpulan
Kalimat tauhid “Lailahaillallah al malikul haqqul mubin artinya” merupakan pilar fundamental dalam ajaran Islam yang menegaskan keesaan dan kekuasaan Allah SWT. Kalimat ini tidak hanya sekedar diucapkan, tetapi juga diamalkan dalam kehidupan sehari-hari sebagai bentuk pengakuan iman dan penghambaan kepada Allah SWT.
Berdasarkan pembahasan dalam artikel ini, terdapat beberapa poin penting yang saling berkaitan:
- Kalimat tauhid menjadi dasar dari seluruh ajaran Islam, termasuk ibadah, muamalah, dan jinayat.
- Mengimani dan mengamalkan kalimat tauhid dapat melindungi akidah umat Islam dari penyimpangan dan kesesatan.
- Kalimat tauhid memiliki peran penting dalam membentuk peradaban Islam, karena menjadi landasan bagi penetapan hukum-hukum dan nilai-nilai yang mengatur kehidupan masyarakat Islam.
Memahami dan mengamalkan kalimat tauhid “Lailahaillallah al malikul haqqul mubin artinya” merupakan kewajiban bagi setiap muslim. Dengan menjadikan kalimat tauhid sebagai pedoman hidup, kita dapat meraih kebahagiaan dan keselamatan di dunia dan akhirat.
