Tawaf Yang Menjadi Rukun Haji Adalah

sisca


Tawaf Yang Menjadi Rukun Haji Adalah

Tawaf yang menjadi rukun haji adalah mengelilingi Ka’bah sebanyak tujuh kali berlawanan arah jarum jam.

Tawaf merupakan salah satu ibadah yang sangat penting dalam haji, yang memiliki banyak manfaat spiritual dan fisik. Menurut sejarah, tawaf telah dilakukan sejak zaman Nabi Ibrahim dan Ismail.

Artikel ini akan membahas tentang tata cara pelaksanaan tawaf, keutamaannya, serta sejarah dan perkembangannya.

Tawaf yang Menjadi Rukun Haji

Tawaf yang menjadi rukun haji memiliki beberapa aspek penting yang perlu dipahami, di antaranya:

  • Kaitannya dengan Baitullah (Ka’bah)
  • Jumlah putaran (tujuh kali)
  • Arah putaran (berlawanan arah jarum jam)
  • Niat yang benar
  • Tata cara pelaksanaan
  • Keutamaannya dalam ibadah haji
  • Sejarah dan perkembangannya
  • Hikmah dan pelajaran yang dapat dipetik

Aspek-aspek ini sangat penting untuk dipahami karena berkaitan dengan keabsahan dan kesempurnaan ibadah haji. Melalui tawaf, jemaah haji dapat menunjukkan rasa cinta dan hormat kepada Allah SWT, serta mengikuti sunnah Nabi Muhammad SAW.

Kaitannya dengan Baitullah (Ka’bah)

Tawaf memiliki kaitan yang sangat erat dengan Baitullah (Ka’bah). Ka’bah merupakan kiblat umat Islam dalam menjalankan ibadah shalat, dan tawaf merupakan ibadah mengelilingi Ka’bah. Kaitan ini menjadikan tawaf sebagai salah satu ibadah yang sangat penting dalam haji.

Tawaf menjadi salah satu rukun haji karena perintah untuk melakukan tawaf datang langsung dari Allah SWT dalam firman-Nya:

“Dan hendaklah mereka melakukan tawaf sekeliling Baitulatiq (Ka’bah).”(QS. Al-Hajj: 29)

Selain itu, tawaf juga merupakan bentuk penghormatan dan kecintaan kepada Allah SWT, karena Ka’bah merupakan rumah-Nya di bumi. Dengan melakukan tawaf, jemaah haji menunjukkan rasa cinta dan kerinduannya untuk senantiasa berada di dekat Allah SWT.

Dalam pelaksanaan tawaf, jemaah haji mengelilingi Ka’bah sebanyak tujuh kali berlawanan arah jarum jam. Ini melambangkan kesucian dan keagungan Ka’bah sebagai pusat dunia Islam.

Jumlah putaran (tujuh kali)

Jumlah putaran dalam tawaf yang menjadi rukun haji adalah tujuh kali. Angka tujuh dalam Islam memiliki makna yang sangat penting dan sering dikaitkan dengan kesempurnaan dan keberkahan.

Dalam konteks tawaf, jumlah putaran tujuh kali melambangkan kesempurnaan ibadah haji. Setiap putaran mewakili satu aspek penting dalam ibadah haji, yaitu:

  1. Ihram
  2. Wukuf di Arafah
  3. Mabit di Muzdalifah
  4. Melontar jumrah
  5. Tawaf ifadah
  6. Sa’i
  7. Tahallul

Dengan demikian, tujuh putaran dalam tawaf menjadi sebuah simbol kesempurnaan dan kelengkapan ibadah haji. Jemaah haji yang melakukan tawaf tujuh kali secara sempurna akan mendapatkan pahala dan keberkahan yang berlimpah.

Selain itu, jumlah putaran tujuh kali juga memiliki makna historis. Pada zaman Nabi Ibrahim AS, beliau diperintahkan oleh Allah SWT untuk membangun Ka’bah dan melakukan tawaf mengelilinginya sebanyak tujuh kali. Sejak saat itu, tawaf tujuh kali menjadi salah satu rukun haji yang wajib dilakukan oleh setiap jemaah haji.

Arah putaran (berlawanan arah jarum jam)

Dalam pelaksanaan tawaf yang menjadi rukun haji, arah putaran yang dilakukan adalah berlawanan arah jarum jam. Arah putaran ini memiliki makna dan hikmah yang mendalam.

Secara historis, arah putaran berlawanan arah jarum jam pada tawaf telah dilakukan sejak zaman Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS saat membangun Ka’bah. Arah putaran ini juga sesuai dengan perintah Allah SWT dalam firman-Nya:

“Dan hendaklah mereka melakukan tawaf sekeliling Baitulatiq (Ka’bah) dengan ber-ihram.”(QS. Al-Hajj: 29)

Secara simbolis, arah putaran berlawanan arah jarum jam pada tawaf melambangkan pengikut jejak Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS dalam membangun Ka’bah. Selain itu, arah putaran ini juga melambangkan ketaatan dan kepatuhan kepada Allah SWT.

Secara praktis, arah putaran berlawanan arah jarum jam pada tawaf memudahkan jemaah haji dalam melaksanakan ibadah. Hal ini karena arah putaran ini memungkinkan jemaah haji untuk bergerak secara teratur dan tertib, sehingga tidak terjadi kesemrawutan.

Dengan demikian, arah putaran berlawanan arah jarum jam pada tawaf yang menjadi rukun haji adalah sebuah ketentuan yang memiliki makna historis, simbolis, dan praktis. Ketentuan ini harus dipatuhi oleh setiap jemaah haji agar ibadah tawaf dapat dilaksanakan dengan sempurna.

Niat yang Benar

Dalam melaksanakan tawaf yang menjadi rukun haji, niat yang benar sangatlah penting. Niat yang benar merupakan landasan utama yang menentukan sah atau tidaknya ibadah tawaf yang dilakukan.

  • Ikhlas karena Allah SWT

    Niat tawaf haruslah ikhlas karena Allah SWT, semata-mata untuk mencari ridha-Nya. Tidak boleh ada niat lain, seperti riya’ (pamer) atau ingin dipuji manusia.

  • Sesuai dengan Sunnah Nabi Muhammad SAW

    Niat tawaf harus sesuai dengan sunnah Nabi Muhammad SAW, yaitu mengelilingi Ka’bah sebanyak tujuh kali dengan cara tertentu. Tidak boleh ada niat untuk melakukan tambahan atau pengurangan dalam tata cara tawaf.

  • Memenuhi Rukun dan Syarat Tawaf

    Niat tawaf harus meliputi pemenuhan rukun dan syarat tawaf. Rukun tawaf terdiri dari mengelilingi Ka’bah sebanyak tujuh kali, dimulai dari Hajar Aswad, dan dilakukan dengan cara tertentu. Syarat tawaf antara lain berwudhu, menutup aurat, dan suci dari hadas besar.

  • Mengharap Ridha Allah SWT

    Dalam melakukan tawaf, jemaah haji haruslah mengharapkan ridha Allah SWT. Tawaf bukanlah sekedar ritual, tetapi merupakan ibadah yang memiliki makna spiritual yang mendalam. Dengan mengharapkan ridha Allah SWT, jemaah haji akan mendapatkan pahala yang berlimpah.

Dengan memperhatikan aspek-aspek niat yang benar dalam tawaf, jemaah haji dapat melaksanakan ibadah tawaf dengan sempurna dan mendapatkan manfaat spiritual yang optimal.

Tata cara pelaksanaan

Tata cara pelaksanaan tawaf yang menjadi rukun haji adalah pedoman yang harus diikuti oleh jemaah haji dalam melakukan tawaf. Tata cara ini meliputi berbagai aspek, antara lain:

  • Memulai dari Hajar Aswad

    Tawaf dimulai dari Hajar Aswad, sebuah batu hitam yang terletak di sudut timur Ka’bah. Jemaah haji mencium atau menyentuh Hajar Aswad, kemudian memulai tawaf dengan berjalan berlawanan arah jarum jam.

  • Melakukan tujuh putaran

    Tawaf dilakukan sebanyak tujuh kali putaran mengelilingi Ka’bah. Setiap putaran dimulai dan diakhiri di Hajar Aswad.

  • Rukun Yamani dan Rukun Iraki

    Pada putaran pertama, jemaah haji disunnahkan untuk melakukan ramal (lari kecil) antara Rukun Yamani dan Rukun Iraki, yang terletak di sisi selatan Ka’bah.

  • Doa dan dzikir

    Selama melakukan tawaf, jemaah haji dianjurkan untuk memperbanyak doa dan dzikir. Mereka dapat membaca doa-doa yang terdapat dalam buku tuntunan ibadah haji atau berdoa sesuai dengan keinginan mereka.

Dengan memperhatikan tata cara pelaksanaan tawaf yang benar, jemaah haji dapat melaksanakan ibadah tawaf dengan sempurna dan mendapatkan pahala yang berlimpah.

Keutamaannya dalam ibadah haji

Tawaf yang menjadi rukun haji memiliki banyak keutamaan dalam ibadah haji. Keutamaan-keutamaan ini menjadikannya salah satu ibadah yang sangat penting dan dicintai oleh Allah SWT.

  • Penghapus dosa

    Tawaf dipercaya dapat menghapus dosa-dosa jemaah haji yang telah lalu. Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa melakukan tawaf di Ka’bah sebanyak tujuh kali, maka Allah akan menghapus dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari)

  • Mendapatkan pahala yang besar

    Setiap putaran tawaf memiliki pahala yang besar. Rasulullah SAW bersabda, “Satu kali putaran tawaf di Ka’bah lebih baik dari pada seribu shalat di masjid selain Masjidil Haram.” (HR. Tirmidzi)

  • Menjadi salah satu syarat sah haji

    Tawaf merupakan salah satu syarat sah haji. Jemaah haji yang tidak melakukan tawaf, maka hajinya tidak dianggap sah.

  • Melengkapi ibadah haji

    Tawaf melengkapi rangkaian ibadah haji yang telah dilakukan sebelumnya, seperti ihram, wukuf di Arafah, dan mabit di Muzdalifah. Tawaf menjadi puncak dari seluruh rangkaian ibadah haji.

Dengan memahami keutamaan tawaf yang menjadi rukun haji, jemaah haji diharapkan dapat melaksanakan ibadah tawaf dengan sebaik-baiknya. Dengan begitu, mereka dapat memperoleh pahala yang berlimpah dan haji yang mabrur.

Sejarah dan perkembangannya

Tawaf yang menjadi rukun haji memiliki sejarah dan perkembangan yang panjang. Sejak zaman Nabi Ibrahim AS, tawaf telah dilakukan sebagai bentuk penghormatan kepada Ka’bah, yang merupakan kiblat umat Islam. Pada awalnya, tata cara tawaf belum diatur secara jelas, tetapi seiring berjalannya waktu, tawaf berkembang dan disempurnakan sesuai dengan tuntunan Nabi Muhammad SAW.

Pada masa Nabi Muhammad SAW, tawaf menjadi salah satu rukun haji yang wajib dilakukan oleh setiap jemaah haji. Nabi Muhammad SAW mengajarkan tata cara tawaf yang benar, mulai dari memulai tawaf dari Hajar Aswad, melakukan ramal antara Rukun Yamani dan Rukun Iraki, hingga doa-doa yang dibaca selama tawaf. Tata cara tawaf yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW ini kemudian diikuti oleh umat Islam hingga saat ini.

Seiring berjalannya waktu, terdapat beberapa perubahan dan perkembangan dalam pelaksanaan tawaf. Misalnya, pada zaman Khalifah Umar bin Khattab, beliau memerintahkan untuk membangun dinding pembatas di sekitar Ka’bah untuk memudahkan jemaah haji melakukan tawaf. Selain itu, pada masa Kekhalifahan Abbasiyah, dibangun atap di atas Ka’bah untuk melindungi jemaah haji dari terik matahari dan hujan.

Meskipun terjadi beberapa perubahan dan perkembangan dalam pelaksanaan tawaf, namun esensi dan makna tawaf tetap sama, yaitu sebagai bentuk penghormatan kepada Ka’bah dan sebagai salah satu rukun haji yang wajib dilakukan oleh setiap jemaah haji. Tawaf yang menjadi rukun haji adalah sebuah ibadah yang memiliki nilai sejarah dan spiritual yang tinggi, sehingga pelaksanaannya harus dilakukan dengan baik dan benar sesuai dengan tuntunan syariat.

Hikmah dan pelajaran yang dapat dipetik

Melaksanakan tawaf yang menjadi rukun haji tidak hanya sekadar memenuhi kewajiban ibadah, tetapi juga banyak hikmah dan pelajaran yang dapat dipetik.

  • Ketaatan kepada Allah SWT

    Tawaf mengajarkan kita untuk senantiasa taat kepada perintah Allah SWT. Dengan melakukan tawaf sesuai dengan tuntunan yang telah ditetapkan, kita menunjukkan ketaatan dan kepasrahan kita kepada-Nya.

  • Kesetaraan dan persaudaraan

    Saat melakukan tawaf, semua jemaah haji berdiri sama rata tanpa memandang perbedaan status sosial, ras, atau asal negara. Hal ini mengajarkan kita tentang kesetaraan dan persaudaraan sesama umat Islam.

  • Sifat tawadhu’

    Tawaf dilakukan dengan cara berjalan kaki mengelilingi Ka’bah. Ini mengajarkan kita untuk memiliki sifat tawadhu’ dan rendah hati, karena kita menyadari bahwa kita hanyalah hamba-Nya yang kecil.

  • Pengingat akhirat

    Setiap putaran tawaf melambangkan perjalanan hidup manusia di dunia. Ketika kita memulai tawaf dari Hajar Aswad dan kembali ke titik yang sama, hal itu mengingatkan kita bahwa pada akhirnya kita akan kembali kepada Allah SWT dan mempertanggungjawabkan semua amal perbuatan kita.

Hikmah dan pelajaran yang dapat dipetik dari tawaf yang menjadi rukun haji ini sangatlah berharga. Dengan memahami dan mengamalkan hikmah-hikmah tersebut, kita dapat menjadikan ibadah haji kita lebih bermakna dan membawa dampak positif dalam kehidupan kita sehari-hari.

Pertanyaan dan Jawaban Seputar Tawaf yang Menjadi Rukun Haji

Bagian ini akan menyajikan beberapa pertanyaan dan jawaban seputar tawaf yang menjadi rukun haji. Pertanyaan-pertanyaan ini diangkat berdasarkan hal-hal yang sering menjadi pertanyaan atau kesalahpahaman mengenai tawaf.

Pertanyaan 1: Apa saja syarat sah tawaf?

Jawaban: Syarat sah tawaf meliputi berwudhu, menutup aurat, suci dari hadas besar, dan mengelilingi Ka’bah sebanyak tujuh kali dengan cara tertentu.

Pertanyaan 2: Di mana titik awal tawaf?

Jawaban: Titik awal tawaf adalah Hajar Aswad, sebuah batu hitam yang terletak di sudut timur Ka’bah.

Pertanyaan 3: Berapa jumlah putaran tawaf yang wajib dilakukan?

Jawaban: Jumlah putaran tawaf yang wajib dilakukan adalah tujuh kali.

Pertanyaan 4: Apa yang dimaksud dengan ramal dalam tawaf?

Jawaban: Ramal adalah lari kecil yang dilakukan antara Rukun Yamani dan Rukun Iraki pada putaran pertama tawaf.

Pertanyaan 5: Apa keutamaan melakukan tawaf?

Jawaban: Keutamaan melakukan tawaf antara lain menghapus dosa, mendapatkan pahala yang besar, melengkapi rangkaian ibadah haji, dan menjadi salah satu syarat sah haji.

Pertanyaan 6: Bagaimana tata cara tawaf yang benar?

Jawaban: Tata cara tawaf yang benar meliputi memulai dari Hajar Aswad, melakukan tujuh putaran mengelilingi Ka’bah, melakukan ramal pada putaran pertama, dan memperbanyak doa dan dzikir selama tawaf.

Pertanyaan dan jawaban di atas merupakan beberapa hal penting yang perlu diketahui mengenai tawaf yang menjadi rukun haji. Dengan memahami hal-hal tersebut, diharapkan jemaah haji dapat melaksanakan ibadah tawaf dengan benar dan memperoleh pahala yang berlimpah.

Pembahasan mengenai tawaf yang menjadi rukun haji masih akan berlanjut pada bagian selanjutnya, di mana akan dibahas tentang hikmah dan pelajaran yang dapat dipetik dari ibadah tawaf.

Tips Melaksanakan Tawaf yang Menjadi Rukun Haji

Tawaf yang menjadi rukun haji merupakan ibadah yang memiliki banyak keutamaan dan hikmah. Bagi jemaah haji yang ingin melaksanakan tawaf dengan baik dan benar, berikut adalah beberapa tips yang dapat diterapkan:

Tip 1: Berwudhu sebelum tawaf
Berwudhu merupakan syarat sah tawaf, pastikan untuk berwudhu sebelum memulai tawaf.

Tip 2: Dimulai dari Hajar Aswad
Titik awal tawaf adalah Hajar Aswad, sebuah batu hitam yang terletak di sudut timur Ka’bah.

Tip 3: Lakukan tujuh putaran
Tawaf dilakukan sebanyak tujuh kali putaran mengelilingi Ka’bah, dimulai dan diakhiri di Hajar Aswad.

Tip 4: Berdoa dan berdzikir selama tawaf
Perbanyak doa dan dzikir selama melakukan tawaf, seperti membaca doa-doa yang terdapat dalam buku tuntunan ibadah haji.

Tip 5: Jaga ketertiban dan jangan saling dorong
Saat melakukan tawaf, selalu jaga ketertiban dan jangan saling dorong dengan jemaah haji lainnya.

Tip 6: Gunakan alas kaki yang nyaman
Tawaf dilakukan dengan berjalan kaki mengelilingi Ka’bah, gunakan alas kaki yang nyaman untuk menghindari lecet atau kaki sakit.

Tip 7: Sabar dan ikhlas
Tawaf seringkali ramai dan padat, tetaplah sabar dan ikhlas dalam menjalankannya.

Tip 8: Manfaatkan waktu di antara putaran
Di antara putaran tawaf, manfaatkan waktu untuk berdoa atau beristirahat sejenak.

Dengan mengikuti tips-tips di atas, diharapkan jemaah haji dapat melaksanakan tawaf dengan baik dan benar, sehingga memperoleh pahala yang berlimpah dan haji yang mabrur.

Tips-tips ini akan semakin melengkapi pemahaman jemaah haji tentang tawaf yang menjadi rukun haji, yang pada akhirnya akan mengantarkan mereka pada ibadah haji yang sempurna dan bermakna.

Kesimpulan

Dalam pembahasan mengenai tawaf yang menjadi rukun haji, kita telah memahami berbagai aspek penting yang terkait dengan ibadah ini. Mulai dari pengertian, tata cara pelaksanaan, keutamaan, hingga hikmah dan pelajaran yang terkandung di dalamnya.

Melalui ibadah tawaf, jemaah haji menunjukkan rasa cinta dan hormat kepada Allah SWT, serta mengikuti sunnah Nabi Muhammad SAW. Tawaf juga memiliki banyak keutamaan, di antaranya menghapus dosa, mendapatkan pahala yang besar, dan menjadi syarat sah haji. Selain itu, tawaf mengajarkan kita tentang ketaatan kepada Allah SWT, kesetaraan dan persaudaraan, sifat tawadhu’, serta mengingatkan kita tentang akhirat.

Sebagai penutup, marilah kita senantiasa menjaga kesucian dan kemuliaan tawaf yang menjadi rukun haji ini. Dengan melaksanakan tawaf dengan benar dan penuh kesadaran, kita berharap dapat memperoleh haji yang mabrur dan membawa dampak positif dalam kehidupan kita.



Rekomendasi Herbal Alami :

Artikel Terkait

Bagikan:

sisca

Halo, Perkenalkan nama saya Sisca. Saya adalah salah satu penulis profesional yang suka berbagi ilmu. Dengan Artikel, saya bisa berbagi dengan teman - teman. Semoga semua artikel yang telah saya buat bisa bermanfaat. Pastikan Follow www.birdsnbees.co.id ya.. Terimakasih..

Ikuti di Google News

Artikel Pilihan

Artikel Terbaru

Story Terbaru