Undang-Undang Pengelolaan Zakat adalah peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang pengelolaan zakat di Indonesia. Undang-undang ini bertujuan untuk mengatur dan mengelola zakat secara profesional, transparan, dan akuntabel, sehingga dapat memberikan manfaat yang optimal bagi masyarakat.
Undang-Undang Pengelolaan Zakat memiliki beberapa manfaat, di antaranya:
- Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan zakat.
- Meningkatkan efektivitas dan efisiensi pendistribusian zakat.
- Meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap lembaga pengelola zakat.
Undang-Undang Pengelolaan Zakat juga memiliki sejarah perkembangan yang cukup panjang. Undang-undang ini pertama kali disahkan pada tahun 1999, kemudian direvisi pada tahun 2004 dan 2017. Revisi terakhir dilakukan untuk menyesuaikan dengan perkembangan kebutuhan dan tantangan dalam pengelolaan zakat di Indonesia.
Undang-Undang Pengelolaan Zakat merupakan salah satu instrumen penting dalam pengelolaan zakat di Indonesia. Undang-undang ini memberikan landasan hukum yang kuat bagi pengelolaan zakat yang profesional, transparan, dan akuntabel. Dengan demikian, diharapkan zakat dapat dikelola secara optimal untuk memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi masyarakat.
Undang-Undang Pengelolaan Zakat
Undang-Undang Pengelolaan Zakat merupakan peraturan perundang-undangan yang sangat penting dalam pengelolaan zakat di Indonesia. Undang-undang ini mengatur berbagai aspek pengelolaan zakat, mulai dari pengumpulan, pendistribusian, hingga pelaporannya. Berikut ini adalah 10 aspek penting dalam Undang-Undang Pengelolaan Zakat:
- Pengumpulan zakat
- Pendistribusian zakat
- Pelaporan zakat
- Lembaga pengelola zakat
- Nazhir
- Mustahik
- Jenis zakat
- Nisab zakat
- Waktu pembayaran zakat
- Sanksi
Kesepuluh aspek tersebut saling terkait dan membentuk suatu sistem pengelolaan zakat yang komprehensif. Pengumpulan zakat dilakukan oleh lembaga pengelola zakat yang telah memperoleh izin dari pemerintah. Zakat yang terkumpul kemudian didistribusikan kepada mustahik melalui nazhir. Pelaporan zakat dilakukan secara berkala kepada pemerintah. Pelanggaran terhadap Undang-Undang Pengelolaan Zakat dapat dikenakan sanksi.
Pengumpulan Zakat
Pengumpulan zakat merupakan salah satu aspek penting dalam Undang-Undang Pengelolaan Zakat. Zakat adalah ibadah wajib bagi umat Islam yang telah memenuhi syarat tertentu. Pengumpulan zakat dilakukan oleh lembaga pengelola zakat yang telah memperoleh izin dari pemerintah. Lembaga pengelola zakat bertanggung jawab untuk mengumpulkan zakat dari muzaki (orang yang wajib membayar zakat) dan mendistribusikannya kepada mustahik (orang yang berhak menerima zakat).
Undang-Undang Pengelolaan Zakat mengatur tata cara pengumpulan zakat. Pengumpulan zakat dapat dilakukan melalui berbagai saluran, seperti masjid, lembaga amil zakat, dan bank syariah. Muzaki dapat membayar zakatnya secara langsung kepada lembaga pengelola zakat atau melalui saluran yang telah disediakan. Lembaga pengelola zakat wajib memberikan bukti pembayaran zakat kepada muzaki.
Pengumpulan zakat sangat penting untuk keberlangsungan pengelolaan zakat. Zakat yang terkumpul akan digunakan untuk berbagai kegiatan kesejahteraan sosial, seperti membantu fakir miskin, anak yatim, dan orang yang tidak mampu. Pengumpulan zakat juga dapat membantu meningkatkan perekonomian umat Islam, karena zakat yang terkumpul dapat digunakan untuk modal usaha atau investasi.
Pendistribusian Zakat
Pendistribusian zakat merupakan salah satu aspek penting dalam pengelolaan zakat. Zakat yang telah terkumpul harus didistribusikan kepada mustahik (orang yang berhak menerima zakat) sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang Pengelolaan Zakat.
Undang-Undang Pengelolaan Zakat mengatur tata cara pendistribusian zakat. Pendistribusian zakat dapat dilakukan melalui berbagai saluran, seperti lembaga pengelola zakat, masjid, dan yayasan sosial. Lembaga pengelola zakat bertanggung jawab untuk memastikan bahwa zakat yang terkumpul didistribusikan kepada mustahik yang tepat.
Pendistribusian zakat sangat penting untuk keberlangsungan pengelolaan zakat. Zakat yang didistribusikan kepada mustahik dapat membantu mereka keluar dari kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan hidup mereka. Pendistribusian zakat juga dapat membantu mengurangi kesenjangan sosial dan ekonomi di masyarakat.
Salah satu contoh nyata pendistribusian zakat dalam Undang-Undang Pengelolaan Zakat adalah program bantuan untuk fakir miskin. Program ini memberikan bantuan berupa uang tunai, makanan, atau kebutuhan pokok lainnya kepada fakir miskin yang memenuhi syarat. Program ini sangat membantu fakir miskin untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari.
Pendistribusian zakat merupakan salah satu komponen penting dalam Undang-Undang Pengelolaan Zakat. Pendistribusian zakat yang tepat sasaran dapat membantu meningkatkan kesejahteraan mustahik dan mengurangi kesenjangan sosial di masyarakat.
Pelaporan Zakat
Pelaporan zakat adalah salah satu komponen penting dalam Undang-Undang Pengelolaan Zakat. Pelaporan zakat merupakan bentuk transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan zakat. Melalui pelaporan zakat, lembaga pengelola zakat dapat memberikan informasi yang jelas dan akurat tentang pengelolaan zakat yang telah dilakukan.
Undang-Undang Pengelolaan Zakat mewajibkan lembaga pengelola zakat untuk membuat laporan pengelolaan zakat secara berkala. Laporan tersebut harus memuat informasi tentang penerimaan, pendistribusian, dan pemanfaatan zakat. Laporan tersebut harus disampaikan kepada pemerintah dan masyarakat secara luas.
Pelaporan zakat memiliki beberapa manfaat, antara lain:
- Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan zakat.
- Meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap lembaga pengelola zakat.
- Membantu pemerintah dalam melakukan pengawasan terhadap pengelolaan zakat.
Salah satu contoh nyata pelaporan zakat dalam Undang-Undang Pengelolaan Zakat adalah laporan tahunan yang dibuat oleh Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS). Laporan tersebut memuat informasi tentang penerimaan, pendistribusian, dan pemanfaatan zakat yang telah dilakukan oleh BAZNAS selama satu tahun. Laporan tersebut dapat diakses oleh masyarakat melalui website BAZNAS.
Pelaporan zakat merupakan salah satu komponen penting dalam Undang-Undang Pengelolaan Zakat. Pelaporan zakat dapat meningkatkan transparansi, akuntabilitas, dan kepercayaan masyarakat terhadap lembaga pengelola zakat. Dengan demikian, pelaporan zakat dapat membantu dalam mewujudkan pengelolaan zakat yang profesional dan amanah.
Lembaga pengelola zakat
Dalam Undang-Undang Pengelolaan Zakat, lembaga pengelola zakat merupakan komponen yang sangat penting. Lembaga pengelola zakat adalah lembaga yang diberi wewenang oleh pemerintah untuk mengumpulkan, mengelola, dan mendistribusikan zakat. Keberadaan lembaga pengelola zakat sangat penting untuk memastikan bahwa zakat dikelola secara profesional, transparan, dan akuntabel.
Salah satu fungsi utama lembaga pengelola zakat adalah untuk mengumpulkan zakat dari muzaki (orang yang wajib membayar zakat). Lembaga pengelola zakat dapat mengumpulkan zakat melalui berbagai saluran, seperti masjid, lembaga amil zakat, dan bank syariah. Muzaki dapat membayar zakatnya secara langsung kepada lembaga pengelola zakat atau melalui saluran yang telah disediakan. Lembaga pengelola zakat wajib memberikan bukti pembayaran zakat kepada muzaki.
Setelah zakat terkumpul, lembaga pengelola zakat kemudian mendistribusikannya kepada mustahik (orang yang berhak menerima zakat). Pendistribusian zakat dapat dilakukan melalui berbagai saluran, seperti lembaga pengelola zakat, masjid, dan yayasan sosial. Lembaga pengelola zakat bertanggung jawab untuk memastikan bahwa zakat yang terkumpul didistribusikan kepada mustahik yang tepat.
Keberadaan lembaga pengelola zakat sangat penting untuk pengelolaan zakat yang efektif dan efisien. Lembaga pengelola zakat membantu untuk memastikan bahwa zakat dikelola secara profesional, transparan, dan akuntabel. Dengan demikian, zakat dapat disalurkan kepada mustahik yang tepat dan dapat memberikan manfaat yang optimal bagi masyarakat.
Nazhir
Nazhir adalah pihak yang diberi kuasa oleh wakif (orang yang mewakafkan harta) untuk mengelola dan mengembangkan harta wakaf sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan oleh wakif. Dalam Undang-Undang Pengelolaan Zakat, nazhir memiliki peran yang sangat penting dalam pengelolaan zakat.
Nazhir bertugas untuk menerima, mengelola, dan mendistribusikan zakat sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang Pengelolaan Zakat. Nazhir juga bertanggung jawab untuk membuat laporan pengelolaan zakat secara berkala dan menyampaikannya kepada pemerintah dan masyarakat.
Keberadaan nazhir sangat penting untuk memastikan bahwa zakat dikelola secara profesional, transparan, dan akuntabel. Nazhir yang profesional dan amanah akan dapat mengelola zakat dengan baik sehingga dapat memberikan manfaat yang optimal bagi masyarakat.
Salah satu contoh nyata peran nazhir dalam pengelolaan zakat adalah program bantuan untuk fakir miskin yang dikelola oleh Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS). BAZNAS sebagai nazhir menerima zakat dari muzaki dan kemudian mendistribusikannya kepada fakir miskin yang memenuhi syarat. Program bantuan tersebut dapat membantu fakir miskin untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari dan keluar dari kemiskinan.
Kesimpulannya, nazhir memiliki peran yang sangat penting dalam pengelolaan zakat. Nazhir yang profesional dan amanah akan dapat mengelola zakat dengan baik sehingga dapat memberikan manfaat yang optimal bagi masyarakat. Undang-Undang Pengelolaan Zakat telah mengatur secara jelas tentang peran dan tanggung jawab nazhir dalam pengelolaan zakat. Dengan adanya nazhir yang profesional dan amanah, pengelolaan zakat di Indonesia dapat berjalan dengan baik dan dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi masyarakat.
Mustahik
Dalam Undang-Undang Pengelolaan Zakat, mustahik memiliki peran yang sangat penting. Mustahik adalah orang yang berhak menerima zakat. Undang-Undang Pengelolaan Zakat mengatur secara jelas tentang kriteria mustahik dan hak-hak mereka.
-
Fakir
Fakir adalah orang yang tidak memiliki harta yang cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok hidupnya.
-
Miskin
Miskin adalah orang yang memiliki harta, tetapi tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan pokok hidupnya.
-
Amil
Amil adalah orang yang bertugas mengumpulkan dan mendistribusikan zakat.
-
Mualaf
Mualaf adalah orang yang baru masuk Islam.
Mustahik berhak menerima zakat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, seperti makan, minum, pakaian, tempat tinggal, pendidikan, dan kesehatan. Undang-Undang Pengelolaan Zakat juga mengatur tentang larangan memberikan zakat kepada orang yang tidak berhak menerima zakat, seperti orang kaya dan orang yang mampu bekerja.
Jenis Zakat
Salah satu aspek penting dalam Undang-Undang Pengelolaan Zakat adalah jenis zakat. Jenis zakat merujuk pada penggolongan zakat berdasarkan harta yang dizakatkan. Undang-Undang Pengelolaan Zakat mengatur secara jelas tentang jenis-jenis zakat dan ketentuannya.
-
Zakat Fitrah
Zakat fitrah adalah zakat yang wajib dikeluarkan oleh setiap muslim pada bulan Ramadan sebelum Hari Raya Idul Fitri. Zakat fitrah dibayarkan dalam bentuk makanan pokok, seperti beras atau gandum, dengan besaran tertentu.
-
Zakat Mal
Zakat mal adalah zakat yang wajib dikeluarkan atas harta yang dimiliki, seperti emas, perak, uang, surat berharga, dan hasil pertanian. Zakat mal dibayarkan dalam bentuk persentase tertentu dari nilai harta yang dimiliki.
-
Zakat Profesi
Zakat profesi adalah zakat yang wajib dikeluarkan atas penghasilan atau gaji yang diperoleh dari pekerjaan. Zakat profesi dibayarkan dalam bentuk persentase tertentu dari penghasilan yang diperoleh.
-
Zakat Perdagangan
Zakat perdagangan adalah zakat yang wajib dikeluarkan atas keuntungan yang diperoleh dari kegiatan perdagangan. Zakat perdagangan dibayarkan dalam bentuk persentase tertentu dari keuntungan yang diperoleh.
Jenis-jenis zakat tersebut memiliki ketentuan dan perhitungan yang berbeda-beda. Undang-Undang Pengelolaan Zakat menjelaskan secara rinci tentang ketentuan dan perhitungan masing-masing jenis zakat. Dengan adanya ketentuan yang jelas, diharapkan pengelolaan zakat di Indonesia dapat berjalan secara efektif dan efisien sehingga dapat memberikan manfaat yang optimal bagi masyarakat.
Nisab zakat
Nisab zakat merupakan salah satu aspek penting dalam Undang-Undang Pengelolaan Zakat. Nisab zakat adalah batas minimal harta yang wajib dizakatkan. Harta yang telah mencapai nisab zakat wajib dizakatkan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang Pengelolaan Zakat.
Undang-Undang Pengelolaan Zakat mengatur secara jelas tentang nisab zakat untuk setiap jenis harta. Misalnya, nisab zakat untuk emas adalah 85 gram, nisab zakat untuk perak adalah 595 gram, dan nisab zakat untuk uang adalah senilai 85 gram emas.
Nisab zakat sangat penting dalam pengelolaan zakat karena berfungsi sebagai dasar untuk menentukan apakah harta wajib dizakatkan atau tidak. Dengan adanya nisab zakat, masyarakat dapat mengetahui secara pasti kapan mereka wajib mengeluarkan zakat. Hal ini dapat membantu meningkatkan kepatuhan masyarakat dalam membayar zakat dan memastikan bahwa zakat dapat dikelola secara optimal untuk kesejahteraan umat Islam.
Waktu pembayaran zakat
Waktu pembayaran zakat merupakan salah satu aspek penting dalam Undang-Undang Pengelolaan Zakat. Waktu pembayaran zakat diatur secara jelas dalam Undang-Undang tersebut untuk memastikan bahwa zakat dapat dikelola secara efektif dan efisien.
Undang-Undang Pengelolaan Zakat mengatur waktu pembayaran zakat yang berbeda-beda untuk setiap jenis zakat. Misalnya, zakat fitrah wajib dibayarkan sebelum Hari Raya Idul Fitri, sedangkan zakat mal wajib dibayarkan setelah harta mencapai nisab dan haul (satu tahun kepemilikan). Waktu pembayaran zakat yang berbeda-beda ini bertujuan untuk memberikan kemudahan bagi umat Islam dalam menunaikan kewajiban zakat mereka.
Pembayaran zakat pada waktu yang tepat memiliki beberapa manfaat, antara lain:
- Membantu memastikan bahwa zakat dapat segera disalurkan kepada mustahik yang membutuhkan.
- Meningkatkan kepatuhan masyarakat dalam membayar zakat.
- Memudahkan pengelolaan zakat oleh lembaga pengelola zakat.
Dalam praktiknya, waktu pembayaran zakat yang diatur dalam Undang-Undang Pengelolaan Zakat telah diterapkan dengan baik oleh masyarakat Indonesia. Lembaga pengelola zakat seperti Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) dan lembaga amil zakat lainnya aktif mengimbau masyarakat untuk membayar zakat pada waktu yang tepat. Selain itu, pemerintah juga memberikan dukungan melalui program-program pengumpulan zakat, seperti Gerakan Cinta Zakat.
Dengan adanya Undang-Undang Pengelolaan Zakat yang mengatur waktu pembayaran zakat, pengelolaan zakat di Indonesia menjadi lebih tertib dan teratur. Hal ini berdampak positif pada penyaluran zakat kepada mustahik yang tepat dan pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan umat Islam di Indonesia.
Sanksi
Sanksi merupakan salah satu komponen penting dalam Undang-Undang Pengelolaan Zakat. Sanksi diberikan kepada pihak-pihak yang melanggar ketentuan Undang-Undang Pengelolaan Zakat. Tujuan utama pemberian sanksi adalah untuk memberikan efek jera dan mencegah terjadinya pelanggaran di kemudian hari.
Undang-Undang Pengelolaan Zakat mengatur berbagai jenis sanksi, baik sanksi administratif maupun sanksi pidana. Sanksi administratif dapat berupa teguran tertulis, pembekuan izin usaha, hingga pencabutan izin usaha. Sedangkan sanksi pidana dapat berupa pidana penjara dan pidana denda.
Salah satu contoh nyata sanksi dalam Undang-Undang Pengelolaan Zakat adalah kasus penyalahgunaan dana zakat oleh sebuah lembaga pengelola zakat. Lembaga tersebut terbukti menggunakan dana zakat untuk kepentingan pribadi pengurusnya. Akibat perbuatannya, pengurus lembaga tersebut dijatuhi hukuman pidana penjara dan denda.
Pemberian sanksi dalam Undang-Undang Pengelolaan Zakat sangat penting untuk memastikan bahwa zakat dikelola secara profesional, transparan, dan akuntabel. Sanksi dapat memberikan efek jera bagi pihak-pihak yang berniat menyalahgunakan dana zakat. Selain itu, sanksi juga dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap lembaga pengelola zakat.
Tanya Jawab Undang-Undang Pengelolaan Zakat
Tanya jawab berikut ini disusun untuk menjawab pertanyaan umum dan memberikan klarifikasi tentang Undang-Undang Pengelolaan Zakat. Undang-undang ini mengatur pengelolaan zakat di Indonesia agar berjalan secara profesional, transparan, dan akuntabel.
Pertanyaan 1: Apa tujuan dari Undang-Undang Pengelolaan Zakat?
Jawaban: Undang-Undang Pengelolaan Zakat bertujuan untuk mengatur pengelolaan zakat secara profesional, transparan, dan akuntabel, sehingga dapat memberikan manfaat yang optimal bagi masyarakat.
Pertanyaan 2: Siapa yang berwenang mengumpulkan zakat?
Jawaban: Lembaga pengelola zakat yang telah memperoleh izin dari pemerintah berwenang untuk mengumpulkan zakat dari muzaki (orang yang wajib membayar zakat).
Pertanyaan 3: Kepada siapa zakat disalurkan?
Jawaban: Zakat disalurkan kepada mustahik (orang yang berhak menerima zakat), seperti fakir, miskin, amil, mualaf, dan lainnya.
Pertanyaan 4: Apa saja jenis-jenis zakat yang diatur dalam Undang-Undang Pengelolaan Zakat?
Jawaban: Undang-Undang Pengelolaan Zakat mengatur empat jenis zakat, yaitu zakat fitrah, zakat mal, zakat profesi, dan zakat perdagangan.
Pertanyaan 5: Apakah ada sanksi bagi pelanggaran Undang-Undang Pengelolaan Zakat?
Jawaban: Ya, Undang-Undang Pengelolaan Zakat mengatur sanksi administratif dan pidana bagi pihak yang melanggar ketentuan undang-undang, termasuk sanksi penjara dan denda.
Pertanyaan 6: Bagaimana cara melaporkan pengelolaan zakat?
Jawaban: Lembaga pengelola zakat wajib membuat laporan pengelolaan zakat secara berkala dan menyampaikannya kepada pemerintah dan masyarakat.
Tanya jawab di atas memberikan gambaran umum tentang Undang-Undang Pengelolaan Zakat dan ketentuan-ketentuan penting di dalamnya. Untuk informasi lebih lanjut dan pembahasan yang lebih mendalam, silakan merujuk ke bagian selanjutnya.
Transisi: Undang-Undang Pengelolaan Zakat merupakan landasan hukum yang kuat bagi pengelolaan zakat di Indonesia. Dengan pemahaman yang baik tentang undang-undang ini, diharapkan pengelolaan zakat dapat berjalan secara optimal dan memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi masyarakat.
Tips Mengelola Zakat sesuai Undang-Undang Pengelolaan Zakat
Undang-Undang Pengelolaan Zakat (UU Zakat) memberikan panduan penting dalam pengelolaan zakat di Indonesia. Berikut adalah beberapa tips untuk mengelola zakat sesuai dengan ketentuan UU Zakat:
Tip 1: Pahami Jenis-Jenis Zakat
Ketahui berbagai jenis zakat, seperti zakat fitrah, zakat mal, zakat profesi, dan zakat perdagangan. Masing-masing jenis zakat memiliki ketentuan dan perhitungan yang berbeda.
Tip 2: Tentukan Nisab dan Haul
Pastikan telah mencapai nisab (batas minimal harta) dan haul (satu tahun kepemilikan harta) sebelum wajib mengeluarkan zakat.
Tip 3: Pilih Lembaga Pengelola Zakat Terpercaya
Pilih lembaga pengelola zakat yang memiliki izin resmi dari pemerintah dan memiliki reputasi yang baik.
Tip 4: Dokumentasikan Pembayaran Zakat
Simpan bukti pembayaran zakat untuk menghindari kesalahpahaman dan memudahkan pelaporan.
Tip 5: Laporkan Pengelolaan Zakat
Lembaga pengelola zakat wajib melaporkan pengelolaan zakat secara berkala kepada pemerintah dan masyarakat.
Manfaat Mengelola Zakat sesuai UU Zakat:
- Pengelolaan zakat yang profesional, transparan, dan akuntabel.
- Penyaluran zakat yang tepat sasaran kepada mustahik.
- Meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap lembaga pengelola zakat.
Dengan mengikuti tips tersebut, pengelolaan zakat dapat berjalan sesuai ketentuan UU Zakat dan memberikan manfaat yang optimal bagi masyarakat. Tips ini merupakan bagian penting dalam pengelolaan zakat yang baik dan sejalan dengan tema utama artikel ini, yaitu “Mengoptimalkan Pengelolaan Zakat untuk Kesejahteraan Umat”.
Kesimpulan
Undang-Undang Pengelolaan Zakat merupakan peraturan perundang-undangan yang sangat penting dalam pengelolaan zakat di Indonesia. Undang-undang ini mengatur berbagai aspek pengelolaan zakat, mulai dari pengumpulan, pendistribusian, hingga pelaporannya. Dengan adanya Undang-Undang Pengelolaan Zakat, pengelolaan zakat di Indonesia dapat berjalan secara profesional, transparan, dan akuntabel.
Beberapa poin utama dari Undang-Undang Pengelolaan Zakat antara lain:
- Pengaturan tentang lembaga pengelola zakat, nazhir, mustahik, jenis zakat, nisab zakat, waktu pembayaran zakat, dan sanksi.
- Kewajiban lembaga pengelola zakat untuk membuat laporan pengelolaan zakat secara berkala dan menyampaikannya kepada pemerintah dan masyarakat.
- Pemberian sanksi bagi pihak yang melanggar ketentuan Undang-Undang Pengelolaan Zakat, baik sanksi administratif maupun sanksi pidana.
Undang-Undang Pengelolaan Zakat sangat penting untuk memastikan bahwa zakat dikelola secara optimal dan dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi masyarakat.
Undang-Undang Pengelolaan Zakat merupakan bukti nyata komitmen pemerintah dalam mengelola zakat secara profesional dan transparan. Dengan adanya undang-undang ini, diharapkan pengelolaan zakat di Indonesia dapat terus berkembang dan memberikan kontribusi yang semakin besar bagi kesejahteraan umat.